Fokus. Bisa dibilang, itu adalah sebuah kata yang cukup sakral dalam kehidupan (ku). Memang tak bisa dipungkiri, aku termasuk orang yang masih bermasalah dengan satu kata itu. Lebih tepatnya bukan bermasalah, melainkan masih memiliki banyak tantangan dan kesulitan untuk mencapai fase tersebut. Jika diumpakan, bagi para penikmat anime, ini mungkin seperti bangsa Saiyan yang membutuhkan waktu dan energi lebih untuk mencapai mode “ Super” (dalam serial DBZ). Atau mungkin, seperti mode “ Zone ” (dalam serial KnB) yang membutuhkan konsentrasi ekstra untuk mencapainya. Ini bukan alay lo ya, tapi nyata. Ada yang punya permasalahan sama? hhe. But anyway, sebenernya bukan itu yang pengen kuceritain. Tentunya ini masih tetap berhubungan dengan fokus. Balik lagi ya ke judul. Tarik nafas, fokus. Nyengir dikit. :D Diantara kita semua yang pernah menikmati bangku sekolah ataupun perkuliahan, rasanya tidak akan asing dengan momen ujian. Setelah belajar dan bertatap muka dengan pengajar dalam in
Sering saya berpikir, saat SMA dengan mudahnya dalam sehari menghafal halaman demi halaman bahkan hingga puluhan materi 1 subjek pelajaran dari sebuah buku catatan diantara hingar bingarnya alunan bebunyian alat-alat musik yang sedang dimainkan. Short term memory, mungkin begitulah saya menyebutnya. Ciri-cirinya cepat mengingat, tapi cepat pula untuk lupa. Anehnya, mengapa untuk UAS saya bisa melakukan semua hal itu, sedang untuk kalam Allah saya belum bisa apalagi maksimal dalam melakukannya? Nah loh, kebalik kan jadinya? Kalah telah ma anak kecil. #helanafas Bukanlah hal yang baru, bahwa ujian di saat lapang adalah saat kita memang tak bisa benar-benar membedakan, mana yang jauh lebih penting bagi kita di masa depan dari apa yang sekedar kita butuhkan untuk masa sekarang. Ketika lisan berselisih paham dengan respon tindakan. Ga akur gitu deh. "Yah, namanya juga manusia, sudah fitrah", begitu biasanya kita membuat alasan (excuse) di kepala kita.