Prof. Ir. Achmad Subagio, M.Agr., Ph.D., Dosen Berprestasi Nasional yang Kini Menjadi Produser Grup Musik
(Oleh : Khairunnisa Musari)
Pintar. Sederhana. Rendah hati. Santun. Shalih. Inspiratif. Mungkin itu keywords
yang bisa digunakan untuk menggambarkan seorang Prof. Achmad Subagio
dalam pandangan orang-orang yang pernah berinteraksi dengannya. Saya
sudah pernah menyinggung keberadaan beliau pada artikel ‘Singkong, Salah Satu Solusi Ketahanan Pangan Bangsa’. Kali ini, saya ingin menuliskan tentang beliau secara khusus…
Tentu bukan tiba-tiba bila saya ingin menulis
tentang beliau. Saya lupa kapan tepatnya, suami saya pernah bercerita
tentang Pak Bagio yang seharusnya sudah layak menjadi profesor ketika
usianya belum mencapai 40 tahun. Mungkin itulah pertama kali saya
mendengar tentangnya. Beberapa waktu kemudian, sebuah media lokal yang
menjadi jaringan Jawa Pos menulis khusus tentang profil Pak Bagio.
Membaca artikel tersebut, mungkin cukup 1 kalimat dari saya untuk
menggambarkan tentang beliau: Membanggakan, dari Jember untuk Dunia…
Ya, dalam buku berjudul Who’s Who in the World 2010
yang memiliki tebal 3.197 halaman ditambah belasan halaman pengantar,
pada halaman 2.625, nama Achmad Subagio tercetak di sana sebagai dosen
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember (FTP – UJ). Pak Bagio
bersama 63 ribu orang lainnya dari berbagai belahan dunia, dengan
beragam latar belakang dan profesi, masuk dalam buku terbitan Marquis Who’s Who, sebuah
lembaga nirlaba di Amerika Serikat (AS) yang setiap tahun merilis
profil manusia di dunia yang memiliki karakter yang telah memberikan
banyak manfaat bagi sesama, seperti diantaranya juga masuk nama
raja-raja di dunia, peraih Nobel, dan sebagainya.
Pak Bagio memang dikenal sebagai ilmuwan. Beliau adalah penemu modified cassava flour (mocaf).
Berkat temuannya, beliau kini sudah mengembangkan industri mocaf dari
hulu hingga hilir. Mister Te adalah nama gerai milik beliau yang menjual
aneka kudapan berbahan baku singkong, selain Mie Jamur. Tidak hanya
itu, Pak Bagio juga mendirikan pabrik Beras Cerdas yang menggunakan
bahan baku mocaf tersebut. Keunggulan mocaf selain memiliki kandungan
mineral kalsium yang lebih tinggi dibandingkan dengan padi dan gandum,
bahan baku ini juga tidak mengandung glutein sehingga aman untuk
penyandang autis dan diabetes.
Tahun 2011, Pak Bagio memperoleh penghargaan sebagai Dosen Berprestasi
Nasional. Tahun 2012, beliau dikukuhkan menjadi Guru Besar di UJ dengan
pidato ilmiah berjudul ‘Nasionalisme Pangan Untuk Kedaulatan dan
Kesejahteraan Indonesia’. Dari judulnya saja, saya merasa sudah memiliki
chemistry dengan beliau karena sepaham dengan
pikiran-pikirannya yang berkeinginan untuk menjadikan sumber daya lokal
sebagai penggerak urat nadi perekonomian, terlebih dalam membangun
kedaulatan pangan. Bukankah dalam Hadits sudah diperingatkan bahwa
manusia berserikat dalam hal air, padang rumput, dan api. Tiga variabel
ini harus mendapat perhatian besar agar masyarakat dan negara berdaya…
Sesuai judul tulisan ini, Pak Bagio kini juga berprofesi sebagai produser grup musik. Empat hari lalu, saya memperoleh SMS: Assalamu’alaykum.
Afwan Bu, ana Yanuar. Kami ingin mengundang Ibu untuk hadir di acara
launching album DNA, Ahad ini, tgl 2 Februari Ba’da Ashar. Kiranya apa
Ibu bisa hadir?
Saya baru membalas SMS Yanuar via inbox Fb di sore hari. Saya meminta
maaf karena sepertinya tidak bisa hadir lantaran putri sulung saya pada
waktu tersebut akan kembali ke asramanya di Surabaya. Saya harus
menemaninya dan mengurusi berbagai hal yang akan dibawanya. Yanuar
kemudian menjawab: Oh gak papa Bu, ana hanya mnyampaikan amanah untuk mengundang Ibu saja. Saya membalas: Siapa yang memberi amanah kepada Yanuar untuk mengundang saya? Pak Bagio? Yanuar menjawab: Bukan Bu, tapi Manajemen DNA.
Yup, tentu bukan tanpa alasan bila saya
langsung ‘menuduh’ Pak Bagio sebagai orang yang meminta Yanuar
mengundang saya. Sebab, saya tidak mengenal siapa-siapa yang berada di
dalam Manajemen DNA. Yang saya tahu, Yanuar yang menjadi salah satu
personil DNA adalah mahasiswa FTP-UJ yang notabene adalah mahasiswa Pak
Bagio. Dan saya sering mendapati cerita dari para mahasiswa tentang
bagaimana Pak Bagio perhatian kepada para mahasiswanya. Dua kali saya
berinteraksi dalam forum akademis dengan Pak Bagio akhir tahun lalu.
Yang pertama, ketika saya menjadi narasumber dalam kegiatan Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) di Jember dan Pak Bagio menjadi salah satu undangan.
Kedua, ketika kami berdua sama-sama menjadi pembicara di Seminar
Nasional tentang Kehalalan Pangan dalam rangkaian kegiatan Musyawarah
Besar Nasional Ikatan Mahasiswa Muslim Peduli Pangan & Gizi
(IMMPPG). Intuisi saya mengatakan bahwa launching album Djember Nasyid Acapella atau DNA itu ada campur tangan Pak Bagio di dalamnya…
Ternyata, benar….
Dalam feature media lokal yang masuk jaringan Jawa Pos
menuturkan bahwa Pak Bagio menjadi produser utama dari album perdana
DNA. Dalam sejumlah foto yang di-uplot oleh DNA di Fb, saya juga
menemukan nama beliau di sampul belakang CD. Masya Allah, bener-bener…
Yup, gara-gara mengetahui itulah yang
membuat saya ingin menulis tentang Pak Bagio. Saya meminta Yanuar untuk
membuat testimoni tentang apa yang ada dalam benaknya tentang Pak Bagio.
Yanuar sempat mengatakan, “Menggambarkan tentang Pak Bagio tidak bisa dalam 2-3 kalimat, Bu”. Yanuar minta waktu untuk berpikir. Dan ini katanya: Sosok
inspiratif, teladan, dan menyenangkan. Jabatan dan gelar tak menjadikan
beliau sosok yang tinggi hati, justru sebaliknya. Seperti padi yg kian
berisi, kian menunduk. Beliau adalah sosok penyuka humor yang selalu
menebar senyum. Hal yg paling berkesan bagi saya, beliau salah 1 sosok
yg super sibuk namun mampu membagi dan menjalankan tiap pekerjaannya
dengan baik dan seimbang. Bukan hanya itu, 1 yang paling saya ingat
adalah ketika kita mencoba berkonsultasi tentang suatu permasalahan,
yang beliau berikan bukan solusi, melainkan tantangan yang lebih besar
lagi. Sungguh pribadi yang penuh optimisme dan mengajarkan pada kita
semangat untuk berani bermimpi besar sehingga tak heran, di usianya yang
cukup muda, beliau telah meraih banyak prestasi baik akademis maupun
entrepreneurship.
Sebelum dengan Yanuar, selain cerita dari suami dan wartawan media
tentang Pak Bagio, cerita mengenai beliau juga sudah pernah saya dengar
dari Mas Imron. Mas Imron adalah adik kelas Pak Bagio dulu ketika kuliah
S1 di UJ. Mas Imron yang saat ini menjadi dosen FEB Universitas
Airlangga (UA) mengatakan bahwa Pak Bagio dikenal pintar. Hal senada
juga pernah diceritakan Mbak Efie, kolega saya di Dharma Wanita
Persatuan (DWP) UJ yang kini menjadi analis di Fakultas MIPA UJ. Mbak
Efie ternyata adalah teman seangkatan Pak Bagio ketika kuliah S1. “Pak Bagio itu sudah dari dulu cemerlang, Mbak Iis. Wis sejak kuliah, terkenal pintar. Orangnya pendiam,” cerita Mbak Efie.
Hmffffh…
Muda. Pintar. Berprestasi. Mungkin itu yang tersirat dari cerita Mas
Imron dan Mbak Efie. Siapa sangka, Bapak 1 anak yang kerap mengenakan
jaket, ransel, dan sepatu sandal gunung itu adalah penemu mocaf yang
kerap diundang untuk bicara tentang diversifikasi dan ketahanan pangan
di dalam maupun luar negeri. Kepeduliannya terhadap bangsa ini
diwujudkan dengan menjadikan mocaf sebagai industri bisnis masyarakat
pedesaan. Sebelum memperoleh apresiasi atas reputasinya pada buku Who’s Who in the World 2010,
pria kelahiran Kediri, 19 Mei 1969 itu memperoleh penghargaan dari
Presiden Republik Indonesia sebagai salah satu dari 100 inovator
Indonesia atas penemuannya pada teknologi mocaf yang memodifikasi tepung
singkong menjadi tepung serba guna.
Kini, kepedulian Pak Bagio terhadap anak muda juga
tercermin salah satunya dengan menjadi produser utama grup nasyid DNA.
DNA yang biasa manggung dalam kegiatan kampus, pernikahan, dan
perhelatan lainnya kini sudah memiliki album perdana ‘Jangan Cukup
Sabar’ yang dirilis pada hari Ahad, 2 Februari lalu di Hotel eBizz,
Jember.
Seperti kata Yanuar: Beliau juga sosok pengajar
yang peduli akan kreativitas pemuda, tak bisa diam membiarkan
kreativitas-kreativitas itu mati. Itulah yang pada akhirnya membuat
beliau memutuskan untuk menjadi produser utama dari sebuah tim acapella
bernafas Islami.
Yup, Pak Bagio kini menambah status yang
disandangnya. Pak Bagio bukan saja harum namanya sebagai dosen,
peneliti, pekerja sosial, murobbi, motivator, wirausahawan, tetapi juga
produser grup musik. Semoga Allah senantiasa melindunginya dan
menjadikan usia Pak Bagio penuh manfaat dan berkah untuk diri, keluarga,
masyarakat, bangsa, negara, tentu juga agama…
Komentar
Posting Komentar